Sabtu, 09 April 2011

Kurangnya Bantuan

Entahlah apakah ini salah pemerintah atau bukan tapi saya rasa soal stop merokok kurang menjadi perhatian pemerintah. Jika saya tanya ke Om Google dengan keyword stop merokok maka hanya ada satu web site Indonesia yang mendedikasikan diri pada kampanye anti merokok sisanya hanya blog, maaf saya tidak bermaksud mengecilkan peranan para blogger yang banyak melakukan kampanye anti rokok. Maksud saya, mana keterlibatan pemerintah?Atau mungkin saya aja yang ga nemu? Sebenarnya ada sih usaha dari pemerintah, tapi saya rasa masih sangat kurang, masih kalah dengan iklan rokok yang memukau, SPG-SPG rokok yang cantik, sexy, dan berpakaian minim, serta berbagai promosi yang dilakukan oleh industri rokok kita.

Memang sebenarnya apa sih urusan pemerintah dengan perokok? Toh awalnya juga orang itu sendiri yang memilih jadi perokok. Tapi perhatikan sekarang, banyak anak muda generasi bangsa ini yang menjadi perokok dan generasi sekarang ini tidak hanya cowok yang merokok tapi cewek juga. Artinya masalah merokok ini semakin parah dikalangan anak muda. Seharusnya pemerintah lebih peduli lagi, karena merekalah generasi penerus bangsa ini, merekalah yang nantinya menjadi dokter, polisi, politisi, penegak hukum, sarjana-sarjana, cendikiawan negara ini. 

Banyak orang yang butuh bantuan dan bingung meski kemana, akhirnya mereka lari ke rokok lagi. Banyak yang ingin berhenti merokok, namun gagal. Memang ada yang berhasil berhenti merokok hanya bermodalkan niat, beruntunglah kalian yang memiliki mental yang kuat, silahkan kalian berbangga diri dengan berkata "ah ga susah berhenti merokok tinggal niat aja". 

Sayangnya sebagian besar manusia tidak diciptakan dengan mental dan keteguhan seperti kalian. Banyak yang membutuhkan bantuan lain, niat saja tidak cukup bagi mereka karena mereka pelupa, mudah tergoda, lingkungannya banyak perokok, stressnya tinggi, tidak mampu mengatasi efek kekurangan zat, dan sebagainya. Dan menurut saya, dengan menganggap remeh dalam proses berhenti merokok tidak membawa manfaat dalam jangka panjang, karena justru akan memancing perokok-perokok baru. Pastinya mereka akan berpikir sama, bahwa berhenti merokok itu mudah jadi merokok saja sekarang nanti tinggal berhenti, padahal tidak selalu begitu kenyataannya. 

Negara besar seperti Amerika mempunyai semacam badan pemerintah untuk membantu para perokok berhenti, contohnya http://www.smokefree.gov/. Belum lagi banyak situs-situs yang mendedikasikan diri bagi para perokok yang ingin berhenti merokok. Perokok tidak bodoh, perokok berat umumnya sadar bahwa kebiasaan mereka sangat berbahaya, atau setidaknya mereka sadar bahwa kebiasaannya memakan biaya cukup besar. Sebagian besar dari mereka ingin berhenti merokok namun bingung caranya dan butuh bantuan, niat mereka ada namun banyak dari mereka yang membutuhkan faktor lain selain niat. 

70% perokok ingin berhenti merokok, namun hanya 5% yang benar-benar berhenti merokok tanpa bantuan (koran.republika). Seandainya saja ada bantuan sudah pasti jumlah yang berhenti merokok bisa diatas 5%. Jumlah perokok di Indonesia kurang lebih sebanyak 65 juta jiwa (kompas), jika kita anggap dengan adanya bantuan maka jumlah perokok yang berhenti meningkat jadi 10% saja, maka ada 6,5 juta jiwa yang bisa berhenti merokok. 

Dulu pada saat saya mencoba berhenti untuk entah keberapa kalinya, saya kebingungan mencari bantuan. Dulu saat saya penelitian skripsi untuk gelar master saya, saya bekerja sama dengan sebuah lembaga penanggulangan HIV/AIDS sehingga saya tahu ada sebuah lembaga yang membantu penderia HIV/AIDS. Namun bagi penderita kecanduan nikotin, saya bingung harus kemana. Padahal urusan rokok dan HIV/AIDS sama gentingnya dinegara ini. Bahkan mencari berbagai alat yang membantu berhenti merokok seperti nicotine patch, permen karet nikotin, dan lain lain, sulitnya minta ampun...malah mungkin tidak beredar di negara kita. Memang ada obat yang mampu membantu perokok berhenti merokok, sebuah obat produksi Pfizer namun biayanya sangat mahal, dulu seingat saya harganya lebih dari 500.000 rupiah untuk pemakaian selama 1 bulan (CMIW). Saya sempat memakainya namun berhenti karena harganya mahal dan saat itu saya butuh uang sehingga terapinya menjadi terputus. 

Sebenarnya banyak yang bisa pemerintah lakukan agar rakyatnya lebih sehat dan ekspetasi harapan hidupnya bisa lebih panjang. Salah satunya adalah dengan menaikan cukai rokok sehingga harga rokok menjadi sangat mahal. Tentunya akan menuai berbagai polemik, pertentangan, dan perdebatan, tapi kenapa saat ingin membangun kantor DPR yang mewah sehingga banyak di protes mereka bisa cuek saja?

Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan membuka semacam lembaga yang membantu perokok untuk berhenti merokok. Dimana perokok yang ingin berhenti bisa saling bertemu dan bergabung dalam sebuah sesi terapi. Ini penting bagi perokok untuk menguatkan niat mereka, menyadarkan mereka bahwa mereka tidak sendiri, berbagi tips-tips untuk mengatasi berbagai permasalahan seputar berhenti merokok. Bisa juga lembaga tersebut menyediakan berbagai alat bantu seperti obat, permen karet nikotin, stiker nikotin dengan harga murah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar